Dear semester 4, kau diawali
dengan beberapa hal mengejutkan. Salah satu diantaranya adalah aku dan bebarapa
temanku ‘diasingkan’ ke lain kelas. Kau tau wahai semester 4, siapapun yang
berhasil melewatimu mitosnya akan terus kuat melanjutkan kuliah sampai semester
akhir. Lalu aku, kurasa aku berhasil. Maksudku sedikit berhasil. Karena kau
pasti tau sedikit banyak mahasiswa tidak yakin dengan kemampuannya sendiri. Lalu
ada hal lain yang mengawalimu wahai semester 4. Beberapa mahasiswa gugur saat
melewatimu. Apa ditempat lain juga terjadi seperti itu. Sayang sekali, karena
kau pasti tau bahwa rindu keadaan dengan teman-teman yang lengkap buatku itu
susah diungkapkan. Bahkan entah bagaimana mengungkapkannya. Sebaiknya kau
berdoa wahai semester 4, agar teman-temanku tetep bisa bertarung buat semester-semester
setelahmu. Lalu, kau juga sebaiknya berharap kalau teman-temanku yang gugur
bisa melewatimu lain waktu.
Wahai semester 4, mungkin kau
adalah salah satu semester sulit. Bukan pelajarannya. Tapi pilihannya. Aku pikir
bahwa jurusanku adalah jurusan yang tidak benar-benar kuinginkan. Aku punya pilihan, menyerah atau berjuang. Kau
pasti tau wahai semester 4, menyerah adalah pilihan pertama yang muncul. Dia menampakkan
dirinya. Lalu menawarkan hal-hal indah dimasa ini yang belum tentu menjadi
penyelamat dimasa nanti. Menyerah, bahkan seorang presiden pun memikirkannya. Menyerah,
selalu eksis menjadi pilihan pertama bagi orang-orang yang putus harapan. Menyerah,
menjadi pilihan saat orang lain tak mengerti kesusahan kita dan tak mau
membantu kita. kau pasti mengerti wahai semester 4, anak muda seperti kami
memang sering galau masalah perasaan dan keputusan. Tapi Tuhan maha baik, dia
menyertai anak muda yang sedang mengupayakan kesuksesan untuk dirinya. Tuhan
menggenggan setiap doa anak muda yang berusaha mengukir senyum bahagia pada
garis keriput diwajah orang tua mereka. Yang
penting anak muda itu yakin bahwa berusaha
adalah satu-satunya jalan untuk
menang. Untuk melukis hidup yang lebih baik. Lalu hasil akhirnya Tuhan yang
menentukan. Maka aku pilih berjuang.
Gelar Sarjana Komputer akan takluk dibawah kakiku dengan izin dari Tuhan. Lihat
saja.
Hari ini aku sampai pada akhirmu
wahai semester 4. Merajinkan diri ditengah
kemalasan, itu saja yang kulakukan. Itulah yang selalu ku ingat. Akulah orang
paling malas didunia, maku aku akan berusaha merajinkan diri. Kau pikir
orang-orang rajin itu apa, mereka adalah pemalas yang merajinkan diri. Bersantai dalam segala kesibukan. Kau pikir
orang sukses itu apa. Mereka ha nya bersantai dalam melakukan pekerjaannya. Bersantai
dalam usaha menyelesaikan tugas dan pekerjaan.
Aku muda aku bisa.
Wahai semester 4, titip rindu
buat teman-temanku yang sekarang sedang
sibuk dengan urusannya masing-masing. Bilang ke mereka, kalo didunia ini kita ngga
punya apapun kecuali semangat. Cuma itu
satu kata sederhananya, semangat. I really miss every moments wih them <3
“mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
Menjadi kepompong dan menyendiri
Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
Bertafakur bersama iman yang menerangi hati
Hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
Melantun kebaikan diantara bunga-bunga, menebar keindahan pada
dunia
Lalu dengan rindu kita kembali kedalam dekapan ukhuwah
Mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
Dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, dan sekokoh janji.” –kutipan syair Ust. Salim A. Fillah_Dalam
Dekapan Ukhuwah
Akhukum
Haniyah Sari