Sabtu, 15 Agustus 2015

RINDU


Hari ini aku selesai membacanya 544 halaman tentang lima kisah. Tentang rindu kepada suatu tempat yang istimewa dihati setiap muslim. Tentang melepaskan seseorang yang memang harus dilepaskan agar hati tak semakin tersiksa. Tentang masa lalu yang memalukan. Serta tentang memaafkan.

Kebebasan harus dibayar dengan nyawa, walaupun kau tak mau lagi kehilangan orang-orang yang kau sayang. Melawan kemungkaran dengan tiga hal. Dengan tanganmu, tebaskan pedang dengan penuh gagah berani. Dengan lisanmu, sampaikan dengan perkasa. Atau dengan benci didalam hati, tapi sungguh itu selemah-lemahnya iman. Saat kita terdesak. Saat kebebasan kita dirampas kita tidak bisa melawannya dengan benci dalam hati melainkan dengan menebaskan pedang. Dengan sedikit memaksa. Mungkin itulah alasan para pendahulu kita menyerbu pos-pos kompeni, mencuri persenjataan dan menyerang. Mungkin itu alasan Bandung menjadi lautan api. Mungkin itu alasan arek-arek Suroboyo rutin menyerang pasukan Belanda dengan Gerilya. Dan mungkin itu juga yang menjadi alasan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Karena KEMERDEKAAN ADALAH HAK SEGALA BANGSA!!!

Lalu tentang melepaskan. Mungkin dalam kebanyakan kasus cinta sejati itu adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup dilautan, dilepas dengan rasa suka cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya. Tapi inilah rumus terbaik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia. Lepaskanlah, maka besok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu.

Berhentilah mambenci. Karena kau sedang membenci diri sendiri. Berikanlah maaf karena kau berhak atas kedamaian hatimu. Tutup lembaran lama yang penuh dengan coretan keliru. Semoga kau memilki lampu kecil dihatimu.

Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjdi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dihidupmu. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan yang baru yang lebih bahagia. Apakah mudah melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil.


Terima kasih. Tulisan ini mungkin hanya sebagian catatan untuk diriku. Bahwa setiap yang ada dalam diri itu berharga. Kemampuan membuat murid-muridku juara, mengalahkan murid guru-guru menggambar yang hebat di Indonesia bahkan didunia, itu sulit. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Tentang orang-orang yang membenciku, seandainya aku memang seburuk sangkaan kalian, semoga tuhan memaafkanku. Tapi jika seandainya aku tidak, semoga tuhan memaafkan kalian. Untuk cinta yang membuatku patah hati. Separuh hati juga seolah pergi saat kau juga pergi. Tapi aku tak mau merusak diriku karena aku masih punya separuh hati lagi, satu-satunya yang kumiliki dan paling berharga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar