Hari ini aku selesai membacanya 544 halaman tentang lima kisah. Tentang rindu
kepada suatu tempat yang istimewa dihati setiap muslim. Tentang melepaskan
seseorang yang memang harus dilepaskan agar hati tak semakin tersiksa. Tentang masa
lalu yang memalukan. Serta tentang memaafkan.
Kebebasan harus dibayar dengan nyawa, walaupun kau tak mau lagi kehilangan
orang-orang yang kau sayang. Melawan kemungkaran dengan tiga hal. Dengan tanganmu,
tebaskan pedang dengan penuh gagah berani. Dengan lisanmu, sampaikan dengan
perkasa. Atau dengan benci didalam hati, tapi sungguh itu selemah-lemahnya
iman. Saat kita terdesak. Saat kebebasan kita dirampas kita tidak bisa
melawannya dengan benci dalam hati melainkan dengan menebaskan pedang. Dengan sedikit
memaksa. Mungkin itulah alasan para pendahulu kita menyerbu pos-pos kompeni,
mencuri persenjataan dan menyerang. Mungkin itu alasan Bandung menjadi lautan
api. Mungkin itu alasan arek-arek Suroboyo rutin menyerang pasukan Belanda
dengan Gerilya. Dan mungkin itu juga yang menjadi alasan para pemuda menculik
Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Karena KEMERDEKAAN
ADALAH HAK SEGALA BANGSA!!!
Lalu tentang melepaskan. Mungkin dalam kebanyakan kasus cinta sejati itu
adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau
melepaskannya. Persis seperti anak kecil yang menghanyutkan botol tertutup
dilautan, dilepas dengan rasa suka cita. Aku tahu, kau akan protes, bagaimana
mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya. Tapi inilah
rumus terbaik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak mau mencoba
memahami penjelasannya, tidak bersedia. Lepaskanlah, maka besok lusa, jika dia
adalah cinta sejatimu dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja
takdir yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali maka sederhana jadinya,
itu bukan cinta sejatimu.
Berhentilah mambenci. Karena kau sedang membenci diri sendiri. Berikanlah maaf
karena kau berhak atas kedamaian hatimu. Tutup lembaran lama yang penuh dengan
coretan keliru. Semoga kau memilki lampu kecil dihatimu.
Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan
damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjdi
bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dihidupmu.
Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh
waktu, dipoles oleh kenangan yang baru yang lebih bahagia. Apakah mudah
melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil.
Terima kasih. Tulisan ini mungkin hanya sebagian catatan untuk diriku. Bahwa
setiap yang ada dalam diri itu berharga. Kemampuan membuat murid-muridku juara,
mengalahkan murid guru-guru menggambar yang hebat di Indonesia bahkan didunia,
itu sulit. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Tentang orang-orang yang
membenciku, seandainya aku memang seburuk sangkaan kalian, semoga tuhan
memaafkanku. Tapi jika seandainya aku tidak, semoga tuhan memaafkan kalian. Untuk
cinta yang membuatku patah hati. Separuh hati juga seolah pergi saat kau juga
pergi. Tapi aku tak mau merusak diriku karena aku masih punya separuh hati
lagi, satu-satunya yang kumiliki dan paling berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar